Kamis, 17 Maret 2016

The Hunger Games, May The Odds Be In Your Favor



Bayangkan jika anda berada dalam permainan bertahan hidup yang selalu diadakan setiap tahun untuk remaja usia 12-18 tahun, apa yang akan anda lakukan? Konsep inilah yang menjadi tema tetralogi film The Hunger Games yang diangkat dari novel young adult dengan judul sama karya Suzanne Collins. Film pertamanya rilis bersamaan dengan hype  si film vampir membuatnya jadi bahan sindiran dari para penggemar Edward Cullen. Tapi, ternyata Hunger Games memiliki fanbase nya sendiri. Terbukti dengan muncul film kedua hingga film terakhirnya yang diputar tahun 2015 kemarin. Saya juga awalnya tidak begitu tertarik dengan film ini karena temanya yang bunuh-bunuhan dan kisah cinta love triangle nya yang mirip dengan si vampir. Tapi, setelah saya nonton film ketiganya, Mockingjay Part I, saya sadar Hunger Games bukan kisah cinta, tapi cerita tentang perjuangan dan punya pesan yang lebih dalam dari sekedar memilih laki-laki. Jadilah saya menonton ulang dari film pertama hingga film terakhir dan saya jadi jatuh cinta dengan kisah Katniss ini. Saya memang belum membaca bukunya, but hey, what internet is for, right?

Tulisan kali ini sekaligus adalah review dari keempat filmnya. Sedikit spoiler juga buat yang belum nonton dan semoga yang tidak tertarik jadi pengen nonton secara serius juga.

The Hunger Games

Peeta, Katniss, and Gale

Film pertama dari tetralogi Hunger Games. Memperkenalkan Katniss Everdeen, gadis berumur 15 tahun yang pandai memanah. Adalah juga Gale Hawthorne, yang merupakan teman Katniss yang menaruh hati pada sang gadis. Bersetting dunia yang baru dengan sistem pemerintahan yang diktator dimana setiap wilayah dibagi atas 12 distrik. Setiap tahun diadakan permainan hidup dan mati bagi para remaja dari setiap distrik dengan memilih satu laki-laki dan satu perempuan. Katniss terlibat dengan Hunger Games karena menggantikan adiknya yang terpilih. Tanpa disangka, partner nya di Hunger Games, Peeta Mellark, ternyata juga menaruh hati padanya.  Adegan yang monumental di film ini pastinya The Cave Scene.
Di film yang pertama ini sinematografinya lumayan dan music score nya juga apik. Akting pemainnya juga keren. Chemistry  antara Jennifer Lawrence dan Josh Hutcherson yang berperan sebagai Katniss dan Peeta juga natural. Soal adegan bunuh-bunuhan tidak diperlihatkan secara detil, tapi bisa membuat adrenalin yang nonton juga terpacu.


Catching Fire


Di film kedua ini kisahnya sudah agak berat dan terlihat banyak character development  dari Katniss dan juga Peeta. Sebagai pemenang dari Hunger Games, hidup keduanya juga berubah. Tanpa dinyana, mereka harus beresiko ikut permainan lagi yang kedua kalinya karena Quarter Quell, Hunger Games dengan peraturan khusus dimana pesertanya adalah para pemenang yang masih hidup. Film kedua ini membuka tabir pula soal revolusi yang akan terjadi untuk menggulingkan pemerintahan tirani.


Mockingjay Part I


Inilah film yang jadi turning point  bagi saya untuk lebih fokus kepada fandom ini. Katniss yang berjuang untuk bertahan setelah terpisah dari Peeta. Katniss yang mulai memiliki perasaan terhadap Peeta dan mulai menyadari perasaannya terhadap Gale berbeda dengan ia rasakan kepada Peeta. Lebih miris lagi karena Peeta ditangkap oleh pihak musuh. Di sisi lain ia juga harus berperan sebagai simbol revolusi. Di film ini saya sangat mengapresiasi akting Josh Hutcherson yang berperan sebagai Peeta. Sepanjang film, tidak ada satu scene pun antara Peeta dan Katniss, tapi berkat akting Josh, kita tetap merasakan bagaimana Peeta tetap berusaha ingin melindungi Katniss walaupun berada di tangan musuh. Josh yang merupakan mantan aktor cilik bisa berperan cukup dewasa di film ketiga ini. Ditambah adegan akhir film yang membuat saya juga cukup terkejut karena baru kali ini melihat Josh berperan sebagai karakter yang twisted karena selama ini sering berperan sebagai karakter protagonist yang manis dan baik hati. Josh is the star in this movie. Sorry, Jennifer Lawrence.

Adegan yang paling berkesan dan bikin merinding buat saya adalah The Hanging Tree scene. It is the best!!!

Mockingjay Part II



Film terakhir Hunger Games.  Again, salut dengan akting Josh yang di awal film sukses membuat saya ingin melempar sandal jepit ke laptop dan menjadi simpati dengan Peeta di tengah film. Adegan action nya lumayan banyak, tapi entah kenapa menurut saya penyelesaiannya anti-klimaks. Adegan yang berkesan buat saya di film ini adalah scene antara Gale dan Peeta dimana kedua laki-laki ini have one on one conversation. Berkesan karena kita memang mengetahui keduanya mencintai Katniss, terlepas dari motivasi di baliknya. Adegan lainnya yang berkesan adalah ketika Katniss dan Peeta mengucapkan selamat tinggal sebelum Katniss memulai misi. Peeta, walaupun Capitol menginginkannya membunuh Katniss, tapi deep down inside he still loves the girl deeply. Ending film juga cukup manis walaupun bisa dibuat lebih lagi.




Sekali lagi, Hunger Games bukan kisah cinta, tapi kisah seorang gadis remaja yang terjebak diantara perubahan yang terjadi di sekitarnya dan berusaha untuk bertahan. Untuk seorang gadis remaja yang terjebak di tengah perang, Katniss is really strong girl. Termasuk pula untuk mengetahui bagaimana perasaan hatinya.  I mean…come on, she is a teenager. How is a teenager supposed to act about love? They learn. Banyak yang menganggap Gale lebih cocok untuk Katniss gara-gara film, tapi jika membaca bukunya, mayoritas pasti memilih Peeta. Disamping sudah menyimpan cinta untuk Katniss, cinta yang dia punya juga yang menyelamatkan dirinya ketika di­-brainwash untuk menjadi mesin pembunuh Katniss. Soal postur tubuh, ehe….ehem…di buku juga disebutkan kalau Peeta memang tidak terlalu tinggi, so kalau di film memang begitu, that’s good, right? Hehe…

“If you die, and I live, I'd have nothing. Nobody else that I care about.”  Peeta to Katniss.

 I guess not only Edward Cullen is good with words.


Trivia (dan sedikit spoiler)

  • Versi buku, kaki kiri Peeta diamputasi dan menggunakan kaki buatan setelah jadi pemenang di Hunger Games. Di film yang pertama, kaki Peeta tidak diperlihatkan diamputasi melainkan bisa disembuhkan oleh obat yang dioleskan oleh Katniss.
  • Ayah Peeta semasa muda menaruh hati pada ibu Katniss, namun ibu Katniss lebih memilih ayah Katniss yang seorang pekerja tambang karena "all the birds stop to listen when he is singing." Hal ini juga yang membuat Peeta jatuh cinta pada Katniss setelah mendengar gadis itu bernyanyi pada saat mereka berumur 5 tahun.
  • Di epilog Mockingjay, Katniss dan Peeta dikisahkan memiliki dua anak, yang pertama perempuan dan yang kedua laki-laki. Di film, diubah menjadi anak laki-laki yang pertama. Tidak dijelaskan juga mengapa, mungkin karena proses produksi yang mepet. Anak laki-laki yang terlihat bermain bersama Peeta di film tidak lain adalah keponakan dari Jennifer Lawrence yang berperan sebagai Katniss.

 Sebagai bonus, video ini bisa memberi summary tentang Peeta dan Katniss.


 

 
 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar