“Tidak butuh fisik yang sempurna untuk mempunyai kisah cinta
yang sempurna” - Zhong Wen
What, Tri? Film
Indonesia? Gak salah nih?
Umm…gak kok, kebetulan saya lagi eling jadinya mau nonton film ini. Sebenernya gak terlalu in ke film Indo, tapi gara-gara Lebaran
kemarin gak sempet nonton film ini pas diputer di channel lokal, pas Lebaran haji sekarang sukses deh nonton dari
awal sampai akhir.
And no, saya tidak
nonton film ini karena fansnya boyband lokal itu. Justru saya penasaran seperti
apa akting si koko di film perdananya.
Assalamualaikum Beijing berpusat pada Asmara, gadis
muslim berhijab yang hampir menikah dengan pujaan hatinya kalau saja sang
pujaan tidak menghamili wanita lain. Patah hati, Asmara pun memutuskan untuk
menerima tawaran bekerja di negeri tirai bambu. Disana sudah menunggu
sahabatnya, Sekar, yang menghibur Asmara yang hatinya sedang terluka.
Pada suatu kesempatan, Asmara bertemu dengan Zhong Wen,
pemuda Tiongkok yang memanggilnya Ashima. Asmara pun menjalin pertemanan dengan
Zhong Wen. Di tengah kedekatannya dengan sang pria baru, mantan tunangan Asmara
menyusul ke Cina untuk meminta kembali kepada sang gadis. Di saat inilah, Asmara
divonis menderita penyakit APS yang mengancam jiwanya.
Karena diangkat dari novel, plotnya mungkin mengikuti
novelnya. Buat saya yang belum membaca novelnya, film ini memang sungguh bikin
awww. Klise memang, wanita yang disakiti akhirnya menemukan her true knight. Se-klise tiba-tiba Zhong
Wen bisa lancar bahasa Indonesia padahal ngarep dia tetep bicara bahasa
Mandarin atau in English selama
komunikasi dengan Asmara. Walaupun ada plot hole yang lumayan bikin penasaran, terutama
tentang keluarganya Zhong Wen. Memang diceritakan seperti apa keluarganya
dari yang Zhong Wen katakan ke Asmara, tapi tidak dijelaskan detail.
Bisa jadi juga Zhong Wen memang pergi dari rumahnya untuk mencari
kehidupan yang lebih baik di Beijing. Di budaya Cina, memang lumrah hal itu
terjadi.
Salah satu alasan saya agak malas nonton film Indonesia karena stereotype plotnya. Kalo gak diselingkuhin, cinta segitiga, dan ceweknya sakit parah. Film ini juga kurang lebih seperti itu, tapi terselamatkan oleh elemen religi dan dramanya yang kuat dan gak ecek-ecek macem film genre romance yang lain.
Salah satu alasan saya agak malas nonton film Indonesia karena stereotype plotnya. Kalo gak diselingkuhin, cinta segitiga, dan ceweknya sakit parah. Film ini juga kurang lebih seperti itu, tapi terselamatkan oleh elemen religi dan dramanya yang kuat dan gak ecek-ecek macem film genre romance yang lain.
Beberapa scenes memang menyentuh, didukung dengan background music yang bikin nyesss. Kekurangannya di beberapa scenes, back sound nya bising banget. Entah sengaja atau tidak sama si pak sutradaranya. Ibnu Jamil sukses
bikin kita sebal dengan karakter sebagai cowok peselingkuh sementara Morgan surprisingly bisa dapet chemistry yang bagus dengan Revalina. Karakter Zhong Wen
yang cerdas, namun memiliki tatapan yang lembut, dewasa dan juga soleh, sangat pas diperankan oleh
Morgan. Bisa dibilang si koko bisa melepas image nya sebagai mantan personel boyband lokal, apalagi kalo inget joged-joged ala Korea-nya itu sambil nyanyi You Know Me So Well....oh god, hahaha...gak banget deh, dan jangan pula dibandingin sama sinet yang sempat jadi kontroversi itu. Morgan bisa dibilang punya skill akting yang lumayan, asal diasah yang benar dan gak terjebak karena kebutuhan jadi asal terima tawaran akting. Laudya Cynthia Bella yang berperan sebagai sahabat Asmara, Sekar, juga
tidak kalah mencuri perhatian. Aktingnya pas, lucu, gak dibuat-buat. Kerenlah poko'e...
Overall, film yang
sangat menyentuh, walaupun tidak menguras air mata habis-habisan seperti Habibie dan Ainun, tapi tetep bisa bikin ngusap air mata yang jatuh secara tidak disadari (halaahhh....). Pesan moral banyak banget, termasuk hidayah Islam juga. Impian semua wanita bisa dapat pasangan seperti Zhong Wen yang menerima Asmara
apa adanya dan mencintai Asmara setulus-tulusnya. Tell you what, you don't take it lightly jauh-jauh datang dari Beijing, ketemu pujaan hati dan menyadari yang dirindukan divonis penyakit langka, tapi tetap tidak mundur satu langkah pun...I mean, where can you find a man like that?
Selain itu, pemandangan indah Beijing juga menghiasi film ini. Jadi pengen ke tanah leluhur hehe....
Film yang cucok buat para galauers yang pengen happy ending.
Sekedar ide, mestinya ditambahin beberapa dialog lagi antara Zhong Wen sama ibunya Asmara.
Selain itu, pemandangan indah Beijing juga menghiasi film ini. Jadi pengen ke tanah leluhur hehe....
Film yang cucok buat para galauers yang pengen happy ending.
Sekedar ide, mestinya ditambahin beberapa dialog lagi antara Zhong Wen sama ibunya Asmara.
Ibunya Asmara: “Jika Asmara sembuh, dia pasti tidak akan
sama seperti yang kau kenal dulu. Apa kamu tetap akan mencintainya?”
Zhong Wen: “ Tidak.” (menatap ibunya Asmara dalam-dalam) “Saya
tidak akan mencintainya seperti dulu, tapi akan lebih mencintainya lagi dengan
keadaannya yang sekarang.”
(Dialog di atas hanya karangan saya, gak ada di filmnya.
Tapi, kalau memang ada, hahah…momen garuk tembok).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar